Minggu, 18 Mei 2014

Prosedur Pengambilan Darah Vena

Agar dapat di peroleh spesimen darah yang syarat uji laboratorium, maka pengambilan sampel darah garus di lakukan dengan benar, mulai dari persiapan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, tekhnik pengambilan sampai dengan pelabelan sampel.

Pengambilan sampel darah tidak boleh di lakukan pasa lengan yang terpasang infus , jika salah satu lengan terpasang infus maka pengambilan di lakukan pasa lengan yang yang tidak terpasang infus. jika kedua lengan terpasang infus di lakukan pengambilan pada vena kaki.

Darah vena diperoleh dengan jalan pungsi vena. Jarum yang digunakan untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing , tajam dan lurus. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit yang dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam plastik. Baik semprit maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai, janganlah disterilkan lagi guna pemakaian berulang.


Pengambilan Darah Vena dengan Syringe (Spuit)

Tujuan : Untuk mendapatkan darah vena dengan menggunakan syringe.

Prinsip : Darah vena diambil dengan cara melakukan penusukan pada pembuluh darah vena, darah akan masuk pada ujung semprit, dilanjutkan dengan menarik torak / piston sampai volume darah yang dikehendaki.

Lokalisasi :
Vena yang cukup besar dan letaknya superficial, Pada orang dewasa biasanya vena difosa cubiti sedangkan pada anak-anak dan bayi mungkin diambil pada : Vena Jugularis Externa, Vena Femoralis (paha), Vena Sinus Sagitalis Superior (kepala)

Prosedur kerja :
  1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan diatas meja.
  2. Keadaan pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas (Phlebotomis).
  3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi
  4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.
  5. Tempat penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
  6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.
  7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak
  8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan masuknya darah keujung semprit.
  9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan.
  10. Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
  11. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan setelah itu bekas luka tusukan diberi plester hansaplast.
  12. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam botol atau tabung penampung melalui dinding secara perlahan. Bila menggunakan anticoagulant, segera perlahan-lahan dicampur.


     Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena :
  1. Lepas tutup jarum secara perlahan, jangan sampai ujung jarum menyentuh tutupnya, sebab jarum dapat tumpul
  2. Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus kuat, dengan cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk dan jari tengah (kanan) tertumpu pada kedua sisi holder, ibu jari tangan kiri memegang holder dengan sedikit menekan agar holder tidak bergerak
  3. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya
  4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
  5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan
  6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat mengakibatkan hemokonsentrasi setempat 
  7. Hematome, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri, perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang

Sabtu, 17 Mei 2014

Prosedur Melakukan Suction

1. Pengertian
Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut.
2. Tujuan
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas
3. Prosedur Kerja
a. Persiapan Alat
Perangkat penghisap lendir meliputi :
1.   Mesin penghisap lendir
2.   Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
3.   Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom)
4.   Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
5.   Pinset anatomi untuk memegang slang
6.   Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kasa
7.  Sarung tangan
8.  Bak instrumen
9.  Kasa
10. Bengkok
b. Persiapan Pasien
1.   Bila pasien sadar : 
      Siapkan dengan posisi setengah duduk
2.   Bila pasien tidak sadar :
a.   Posisi miring
b.   Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar
c. Cara Kerja
1.  Jelasakan pada pasien/ keluarga dan inform concern
2.  Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
3.  Perawat memakai sarung tangan
3.  Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
4.  Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
5.  Mesin penghisap lendir dihidupkan
6. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air bersih yang tersedia
7.  Tekan lidah dengan spatel
8.  Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
9.  Bersihkan mulut pasien kasa
10. Membersihakan slang dengan air dalam kom
11. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
12. Perawat cuci tangan

Kamis, 15 Mei 2014

BAHAYA HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

Tekanan darah yang tinggi pada kehamilan banyak memberikan dampak yang tidak baik pada kesehatan Ibu dan si Kecil. Nilai tekanan darah yang normal adalah di bawah 120/80 mmHg. Nilai atas tekanan darah dikenal sebagai sistolik yang menunjukkan ukuran tekanan darah saat jantung memompa darah dari jantung ke dalam pembuluh darah. Sedangkan nilai bawah tekanan darah disebut sebagai diastolik yang merupakan nilai tekanan darah saat jantung beristirahat atau saat ruang dalam jantung terisi darah. Bila nilai sistolik Ibu 120-139 mmHg atau diastoliknya 80-89 mmHg, Ibu berada pada fase pra-hipertensi, yang artinya Ibu berisiko menderita tekanan darah tinggi, walau belum tergolong hipertensi. Biasanya kondisi ini tidak memerlukan terapi obat dan dapat diturunkan dengan perubahan gaya hidup, kecuali telah terdapat komplikasi.
Dokter atau tenaga medis lain mungkin perlu beberapa kali memeriksa tekanan darah Ibu untuk memastikan apakah tekanan darah Ibu benar-benar lebih tinggi dari nilai normal.
Menurut Seventh Report of Joint National Committee (JNC VII), ada lima tipe hipertensi dalam kehamilan yaitu :
  1. Hipertensi kronik, bila nilai sistolik ≥140 mmHg atau diastolik mencapai 90 mmHg sebelum usia kehamilan 20 minggu, serta menetap selama lebih dari 12 minggu setelah melahirkan.
  2. Pre-eklamsia. Bila bila nilai sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik mencapai 90 mmHg dengan kadar protein dalam urin (proteinuri) > 300mg/24 jam setelah usia kehamilan 20 minggu. Keadaan ini berbahaya karena dapat jatuh dalam eklamsia atau kejang.
  3. Hipertensi kronik dengan preeklamsia, bila Ibu telah menderita hipertensi sebelumnya dan baru menderita preeklamsia pada usia kehamilan > 20 minggu. Hipertensi golongan ini terjadi pada Ibu dengan hipertensi dan proteinuri sebelum usia kehamilan 20 minggu. Baik proteinuri maupun hipertensi dapat meningkat secara tiba-tiba dan terjadi kenaikan nilai enzim SGPT dan SGOT.
  4. Hipertensi dalam kehamilan terjadi bila Ibu menderita tekanan darah tinggi tanpa proteinuri setelah usia kehamilan 20 minggu dan merupakan diagnosis semetara. Pada usia kehamilan pertengahan Ibu dapat mengalami hipertensi kronik kembali dan fase proteinuria sebagai bagian dari preeklamsia. Jika kondisi semakin berat, dapat berisiko kelahiran prematur dan pertumbuhan janin terhambat.
  5. Hipertensi transien adalah diagnosis hipertensi di masa lalu, dan tekanan darah yang tinggi akan kembali normal 12 minggu setelah Ibu melahirkan.


Adanya tekanan darah yang tinggi selama kehamilan umumnya diketahui pada pemeriksaan rutin ke dokter atau tenaga medis lain. Ibu sebaiknya juga mewaspadai apabila merasakan gejala-gejala sakit kepala hebat, penglihatan kabur dan adanya kilat cahaya pada mata, nyeri pada ulu hati, muntah, napas pendek-pendek/tersengal, dan wajah serta tangan dan kaki tiba-tiba bengkak.
Ibu yang mengalami hipertensi sebelum hamil atau saat hamil hendaknya konsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lanjut. Tekanan darah tertinggi Ibu sebaiknya tidak lebih dari 150/100 mmHg agar tidak terjadi kerusakan pada organ, dan nilai diastolik tidak kurang dari 80mmHg. Selain itu, Ibu dengan tekanan darah yang tinggi selama kehamilan diharapkan melakukan tes protein pada urin secara berkala, untuk deteksi dini risiko pre-eklamsia. Selain itu kondisi janin dan pertumbuhannya dipantau dengan pemeriksaan USG dan menghitung volume air ketuban terutama pada usia kehamilan 28-20 minggu dan 32-34 minggu .
Periksalah ke dokter atau bidan secara teratur, karena Ibu yang memiliki tekanan darah tinggi sebelum dan selama kehamilan beresiko menderita hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah serta stroke di kemudian hari. Selain mendapat obat dari dokter, Ibu perlu mengubah gaya hidup, misalnya kurangi mengonsumsi garam, minum 8 gelas air putih sehari , tingkatkan asupan protein dan kurangi makanan yang digoreng dan junk food, beristirahat yang cukup, berolah raga sesuai anjuran dokter secara rutin, hindari alkohol serta kafein.
Jagalah kesehatan Ibu terutama saat hamil dan pertahankan tekanan darah yang normal. Tekanan darah yang tinggi saat kehamilan juga dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur dan lepasnya plasenta. Konsultasikan dengan dokter mengenai asupan makanan, aktivitas fisik dan obat serta suplemen yang baik untuk Ibu selama kehamilan berlangsung.

Prosedur Pemasangan WSD

A.    Definisi
Tindakan invasif dengan cara memasukkan selang atau tube kedalam rongga toraks dengan menembus muskulus intercostalis
 Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
B.     TUJUANNYA :
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
   tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit
   cairan pleura / lubrican.
C.     INDIKASI PEMASANGAN WSD :
• Hemotoraks, efusi pleura
• Pneumotoraks ( > 25 % )
• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
D.    KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :
• Infeksi pada tempat pemasangan
• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
E.     Pemasangan WSD
Persiapan Alat
a)      Alat-alat kecil
1.      Klem pean bengkok besar             : 1 buah
2.        Klem pean bengkok kecil              : 1 buah
3.       Klem kocher                                  : 1 buah
4.       Gagang pisau No. 3                      : 1 buah
5.       Troicard                                         : 1 buah
6.      Pincet chirurgis                             : 1 buah
7.         Needle holder                               : 1 buah
8.       Gunting benang                            : 1 buah
9.      Gunting jaringan                           : 1 buah
10.    Ring tang                                      : 1 buah
11.    Jarum jahit                                     : 1 buah
12.     Pipa dada sesuai ukuran yang diperlukan
13.   Mata pisau no. 11
14.     Kasa sesuai kebutuhan
15.     Semprit 10 cc/5 cc
16.    Benang zyde No. 0 dan No. 1
17.   Sarung tangan
18.    Duk lubang
19.  Botol WSD sudah berisi cairan aquadest dan desinfektan dan diberi tanda.
                              b)      Alat tidak steril
1.    Plester
2. Gunting balutan
                              c)      Obat-obatan dan cairan
1. Obat lokal anasthesi
2. Obat luka
3.   Cairan desinfektan
Persiapan pasian
a)       Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan sehingga kooperatif.
b)      Pasien/keluarga menyetujui dan menandatangani surat izin operasi
v Teknik operasi
Pemasangan WSD

1.      Mengatur posisi semi fowler, kedua tangan pasien di atas kepala untuk
      memudahkan operasi.
2.      Memberikan kasa dan desinfektan (antiseptik) untuk desinfeksi bila operator
      sudah memakai sarung tangan
3.      Menutup daerah operasi dengan duk lubang
4.      Memberikan obat anastesi lokal kepada dokter
5.      Memberikan pisau bedah kepada operatopr untuk menoreh kulit
6.      Membuat lubang pada sisi dada dengan menggunakan troicard.
7.      Pangkal drain WSD diklem, kemudian ujung drain dimasukkan ke dalam
      lubang dinding dada yang dibuat dan difiksasi
8.      Pangkal drain disambung ke botol, kemudian klem dibuka
9.      Bekerjasama dengan dokter selama melakukan tindakan pemasangan WSD,
      sesuai kebutuhan
10.  Mengobservasi tanda-tanda vital :
a)      Tekanan darah, nadi, pernafasan
b)      Undulasi udara dalam botol
c)      Adanya geloimbang udara pada saat batuk dan pernafasan biasa.
v  Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Perhatikan pipa WSD jangan sampai tercabut dari dinding dada
2.      Pangkal pipa WSD dalam botol harus selalu berada 2,5 cm di bawah
      permukaan cairan
3.      Botol jangan sampai terbalik
4.      Lapor segera bila ada tanda-tanda :
a)      Cyanosis
b)      Pernafasan cepat dan dangkal
c)      Perhatikan timbulnya batuk-batuk
5.      Cairan yang keluar :
a)      Warna
b)      Jumlah
c)      Bila botol penuh, slang WSD segera klem dan lapor dokter.
6.      Bila kotor, balutan diganti